gundam f

Wednesday 17 February 2016

IDENTIFIKASI DAN PERBANDINGAN NOVEL 20-30 AN IDENTIFIKASI NOVEL SITI NURBAYA DAN IDENTIFIKASI NOVEL SI DOEL ANAK BETAWI



Text Box:                  
                      IDENTIFIKASI DAN PERBANDINGAN NOVEL 20-30 AN
                          NOVEL SITTI NURBAYA(KASIH TAK  SAMPAI)
                                         NOVEL SI DOEL ANAK BETAWI
TEMA: : Kisah cinta antara dua remaja yang terhalang oleh                seseorang yang mementingkan harta dan hawa nafsu.
Tema: Anak-anak pedesaan yang tidak diharuskan
           sekolah tetapi diharuskan mengaji.
PEPENOKOHAN:
1.       Samsul Bahri:
Tingkah lakunya sopan santun dan pandai
“…Ia bukannya seorang anak yang pandai saja,tingkah lakunya pun baik tertib,sopan santun,serta halus budinya…” Hal 8
2.       Siti Nurbaya
Tertib dan sopan
“….Anak ini pun seorang gadis,yang dapat dikatakan tidak bercacat,karena bukan rupanya saja yang cantik tetapi kelakuan dan adatnya, tertib dan sopannya, sertakebaikan hatinya,tiadalah kurang daripada kecantikan parasnya..” Hal 8
·      Baik
“..Ah,jangan sam. Kasihanilah orangtua itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari bekerja pada ayahmu, melainkan telah bertahun-tahun…"Hal 3
3.       Datuk Maringgih: · 
        Kikir
“..,ia amat sangat kikir…” Hal 10

·         Kasar dan Bengis
“..,adat dan kelakuanya kasar dan bengis,..” Hal 10

4.      Sutan Mahmud: “...,bangsanya tinggi, rupanya elok, adil, dan tingkah laku baik.”  Hal 13
5.      Zainul Arifin:
 Suka mengganggu
“...,ia dapat pula menggangu sahabatnya ini.”
“...,kata Arifin tertawa mengganggu sahabatnya ini,.”
Suka tidur
“Sebab aku memang seorang yang suka tidur...”

6.      Bakhtiar:
Suka makan
“...,Bakhtiar amat suka pada kue-kue.”
PENOKOHAN:
1.   Si Dul : seorang bocah yang periang, senang bermain, tetapi selalu membantu dan sayang kepada orang tuanya
Pembuktian: “memang si Dul sangat takut kepada ibu bapaknya, jangan kan melawan, membantah pun ia tidak mau.”hal 12

2.   Mpok Amne ; Ibunya Dul , sangat mencintai keluarganya, Penurut
Pembuktian:”gimane yang baik pikiran abang, aye nurut”. Hal 79
3.   Uak Salim : Ayahnya Mpok Amne, dia suka memaksakan kehendak orang lain
Pembuktian:”pegi dah kalo lu kagak mau denger kata gue lagi”.hal 51
4.   Ayah tiri si Dul ,baik hati dan pengertian
Pembuktian: “Bagaimana pikiran engkau Am,kalo si Dul kita masukin ke sekolah sama-sama dengan marjuki”.Hal 79
5.   Bapak si Dul : Pengertian dan Perhatian
Pembuktian:”sebenarnya memang senang hatinya melihat anaknya selalu berkelahi itu”. hal 40
6.   Asnah : periang, baik hati ,suka menolong
Pembuktian: “Kasihan, dong dul!”. Hal 17
7. 


7. Amje : penentang, badung dan tidak setia kawan
Pembuktian: “kenapa lo bodoh, mau aja di perdayain orang”.
Hal38
8.   Sapii : cepat marah dan ringan tangan
Pembuktian: “gue gasak kepalanye, nungging makan tanah”.
Hal 9
9.   Bang tong : pemarah dan suka menuduh
Pembuktian: “ini lagi! Tukang maling, tukang nyolong! Anak haram jadah! Awas lu”. Hal 37
10.       Pak lurah : adil dan bijaksana
Pembuktian:”Nanti aye datang pada bapak lu kasi tau, supaya die jangan bikin begitu lagi”.Hal 82
LATAR:
1.  Tempat:
  Di bawah pohon ketapang. (Bukti  hal 1) ”...,dibawah pohon ketapang...”
  Rumah gedung. (Bukti  hal 13) “...,sebuah rumah gedung di kampung...”
  Rumah jaga.(Bukti hal 32) “...,sebuah rumah jaga di Muara.”
  Taman bunga.(Bukti hal 33) “...,adalah suatu taman bunga...”
  Penjara.(Bukti hal 35) “...,ada rumah penjara...”
  Kantor pengadilan (Bukti  hal 35) “...,di ujung utaranya ada kantor pengadilan,...”
  Pinggir sungai Arau.(Bukti hal 36)”...,sampailah kepinggir...”
  Toko kue nyonya Jansen.(Bukti hal 37)”...,ke toko kue nyonya Jansen,...”
  Gunung Padang.(Bukti hal 38)”...menamai Gunung Padang ini...”
2.  Waktu: 
 
Pukul satu siang.(Bukti hal 1)”Kira-kira pukul satu siang...”
  Setengah dua.(Bukti hal 3)”Jam kantor telepon itu sudah hampir setengah dua,”
  Senja hari.(Bukti hal 13)”Pada senja hari yang baru,...”
  Pukul lima pagi.(Bukti hal 26)”,...pukul lima pagi.”
  Pukul enam pagi.(Bukti hal 28)”...pukul enam pagi.”

 

3. Suasana
Marah(Bukti hal 3)”...sebagai marah rupanya.”
Sedih(Bukti hal 35)”...dan sedih hati.”
Takut(Bukti hal 45)”Maka gemetarlah tubuhku...”
Senang.(Bukti hal 81)”...tertawa gelak-gelak...”
Sedih.(Bukti hal 141)”...sedih lagi pedih...”
LATAR:  
NO
Tempat
Waktu
Suasana
Bukti
1
Di bawah pohon sauh
Pagi
Ribut, marah
Hal 9
2
Di rumah
Pagi
gaduh, ceria
Hal 16
3
Di rumah bang Salim
Sore
Khusyuk
Hal 28
4
Di rumah
Malam
Sedih,haru
Hal 47
5
Di rumah bang salim
petang
Ribut, gaduh
Hal 51
6
Di sekolah
pagi
Riang
Hal 86
Latar Sosial : Kehidupan sehari-hari seorang anak di sebuah kampung 
                       yang memiliki adat betawi yang kental.
Latar Kebudayaan : kebudayaan masyarakat betawi yang masih sangat kental.
Agama: Rajin mengaji,sholat dan mematuhi perkataan orang tua.
AMANAT: ·         Rela berkorban demi orang tua.
·         Cinta yang tulus tak akan hilang.
·         Lintah darat merupakan sumber kesengsaraan bagi keluarga.
·         Menjadi orang tua harusnya lebih bijaksana

AMANAT: 1. Saling tolong menolong
                2. Pantang menyerah dan tabah dalam menjalani cobaan
                3. Berjuanglah dalam menggapai cita-cita
                4. Patuhilah perintah orang tua

NILAI-NILAI:
1. Sosial: Rela berkorban demi teman.
2. Kebudayaan : Anak adalah kewajiban ibu dan ayah tidak berurusan.
3. Agama: Rela berkorban demi orang tua
NILAI-NILAI:
1.       Sosial : Menolong teman yang kesusahan, membantu orang tua mencari uang
2.       Kebudayaan : Anak kampung yang tidak diharuskan sekolah
3.       Agama: Rajin mengaji,sholat dan mematuhi perkataan orang tua.
RINGKASAN:  
1.           Sutan Mahmud Syah adalah bangsawan yang berpangkat dan berbangsa tinggi. mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik. Bersebelahan dengan rumah Sutan Mahmud Syah, tinggal seorang Saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman. Putrinya, Sitti Nurbaya, juga merupakan anak tunggal. kehidupan bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
2.     
         Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang,     berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. “Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan,” demikian Datuk Meringgih berkata. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, toko-toko, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.


3.        Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun dating menagih janji. Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia akan mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putri tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun sebenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalani hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan.
4.               Samsulbahri, mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya, juga ikut prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan. Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan diri menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Meringgih yang culas dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan.Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh hingga menemui ajalnya.
5.         Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat tipu muslihat dan akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang. Oleh karena Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh seseorang untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan.   Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian jatuh sakit, dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia.Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat berduka, mula-mula mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan tindakan nekat Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di kota ini, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia.
6.    Sepuluh tahun berlalu. Samsulbahri kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia juga sekarang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu kompeni bukan karena ia ingin mengabdi kepada kompeni, melainkan terdorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Oleh karena itu, ia sempat bimbang juga ketika mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.  Dalam pertempuran melawan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih, hingga dalang pemberontak itu tewas. Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih.
7.     Rupanya, kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat dirumah sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata, pertemuan yang mengharukan antara “Si anak yang hilang” dan ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu. Oleh karena setelah Letnan Mas menyatakan bahwa ia Samsulbahri, ia mengembuskan napas di depan ayahnya sendiri. Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa tahun lamanya tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada keesokan harinya.



RINGKASAN: 
 1.  
Abdul Hamid biasa dipanggil si Dul adalah seorang anak yang baik dia sangat menghormati orang tuanya dan dia senang bermain dengan baik laki-laki ataupun perempuan. Pada suatu hari si Dul sedang bermain dengan Asnah, mereka bermain masa- masakan.Sapii teman Dul yang lain ikut bermain tetapi dia sedang kesal karena ada yang menggangunya tadi, Sapii adalah anak pemarah,dan ringan tangan. Sehingga permainan tadi  terganggu karena Sapii melampiaskan marahnya di situ.Asnah pun menangis karena semua mainannya rusak dan akhirnya melempar Sapii dengan cabai dan lari ke pohon sauh,mata Sapii terasa pedas dia ingin membalas tetapi dia takut karena Asnah membawa pisau.
2. Si Dul yang sedang menggambil barang dirumahnya itu pun dengar Asnah menangis dan ia mendekatinya dan bertanya mengapa ia mengangis, Asnah tidak menjawab tetapi ia melihat Sapii berada di dekat tempatnya bermain tadi dan semua barang berantakan.Akhirnya si Dul mendekati Sapii dan bertanya mengapa Asnah menangis, tetapi Sapii malah menantang Si Dul berkelahi. Si Dul pun berpikir badan Sapii yang lebih besar tidak masalah tetapi dia bersama dengan Saari.Akhirnya berkelahilah mereka Sapii tertinju beberapa kali kemudia meminta bantuan Saari, Saari akan menangkap Si Dul dari belakang tapi terkena tendangan si Dul anak anak kampung mengerumuni sambil menyemangati si Dul dan Sapii.Ibu si Dul yang mendengar kegaduhan di luar rumah akhirnya keluar dan menghentikan perkelahian,anak anak berlari meninggalkan tempat itu Sapii menatap si Dul dengan penuh napsu ingin berkelahi sambil berkata "Awas lu! Kalo ketemu nanti gue hajar".


3.       Si Dul pulang kerumah bersama ibunya. Sesampai dirumah si Dul dimandikan ibunya.Setelah mandi dia tidak boleh keluar rumah. Si Dul bermain sendirian dirumah, meski pintu pagar terbuka dia tidak berani keluar takut durhaka kepada orang tua.Dia duduk dan berpikir kalau ketemu Sapii lagi, dia akan memukul perutnya dan membanting kepalanya sampai makan tanah.Akhirnya dia bermain di halaman rumah tetapi tidak melewati pagar.Si Dul bermain dengan Asnah dan teman perempuannya yang lain tidak terasa waktu sudah sore Si Dul harus mengaji.Si Dul mengaji dirumah engkongnya,Uak Salim biasa ia dipanggil,ia adalah mantan jawara dikampung sehingga orang takut kepadanaya.Matanya tinggal satu yang kiri tetapi tiada yang tau kenapa mata yang kanan itu karena setiap ditannya ia pasti marah.Tetapi setelah matanya tinggal satu ia jadi orang baik mengajar mengaji anak anak.Meski begitu kadang kadang sedikit keluar juga sifat bengis semasa mudanya itu.Ia mendapat uang dari sedekah anak anak mengaji, sedekahnya itu dibelinya kambing sehingga sehabis mengaji anak anak mendapat giliran piket membersihkan ruangan dan memberi makan kambing.Sekarang giliran si Dul memberi makan.
4. Tetapi si Dul kesal dengan kambing-kambing itu karena pernah ia dibawa lari keliling kampung ditarik kambing.Ia bergiliran mencari makan bersama Amje karena jauh dari hutan mereka pun berencana untuk mengambil daun di pekarangan orang si Dul yang memanjat.
Saat si Dul mendapat beberapa ranting si Amje teriak maling dan ranting itu jatuh kemudian dibawa kabur Amje. Pemilik rumah mengejar si Dul sambil membawa kayu si Dul merasa takut tetapi ia berhasil lolos dan saat sampai kandang sudah dilihatnya ranting yang ia dapat tadi.Engkongnya bertanya kepada si Dul "Mane daun lu Dul" si Dul Menjawab "tu udah sama milik Amje",Engkongnya memarahinya karena dikirannya si Dul berbohong.Si Dul bertemu Amje di perjalanannya pulang, si Dul marah kepada Amje karena telah membohonginya.Mereka berkelahi dengan hebat dan si Amje terluka dan pulang kerumah sedangkan si Dul terkena gigitan Amje di lengannya.Ibu si Dul mengetahui dan memarahi si Dul sedangkan bapaknya malah menyuruhnya makan dan berganti baju,akhirnya bapak si Dul bercerita saat dia masih kecil dia sama seperti si Dul malah lebih parah lagi,dia jawara di kampungnya.Lebaran hampir tiba si Dul berkata ingin sekolah tetapi bapaknya bilang si Dul anak kampung yang seharusnya mengaji saja.
5         .Keesokan harinya Ibu si Dul mendapatkan berita jika suaminya kecelakaan dan meninggal dunia.
Setelah 7 hari berlalu kesengsaraan lebih terasa semua barang telah habis terjual dan akhirnya ibu si Dul memikirkan suatu pekerjaan berjualan nasi ulam si Dul yang berjualan karena Engkongnya melarang wanita keluar rumah untuk bekerja.
6.        Lama waktu telah berlalu kehidupan si Dul mulai membaik, Ibunya pun sudah mempunyai suami baru.Si Dul juga punya saudara tiri bernama Marjuki.Tetapi sesungguhnya engkongnya tidak menyetujuinya, apalagi agama dari lelaki itu tidak jelas. Bapak tiri si Dul berniat menyekolahkan si Dul tetapi tidak boleh sama engkongnya.
7.       Anak betawi tidak perlu sekolah yang penting shalat dan mengaji.Sekolah tidak dibawa mati tidak ada gunanya.Tetapi sifat engkongnya memang seperti itu jika ada kemauan harus dituruti.Pak lurah mengetahui hal itu kemudian menyuruh Dul bersekolah dan dia akan bilang kepada engkongnya.Keinginan si Dul tercapai,meski tidak mendapat ijin penuh dari Uak Salim.




No comments:

Post a Comment